Sabtu, 11 April 2015

Diriku yang akan dan sedang membangun teori tentang learning trajectory

DIRIKU YANG  AKAN DAN SEDANG MEMBANGUN TEORI TENTANG
 LEARNING TRAJECTORY

Gambar 1. Peta Konsep Membangun Learning Trajectory (By Prof. Dr. Marsigit, M.A)
Pada perkuliahan learning trajectory, hari selasa, tanggal 7 april 2015, yang dapat saya tangkap dan pahami  adalah sebagai manusia dan guru kita memiliki keterbatasan terhadap ruang dan waktu. Selain itu kita harus sopan dan santun serta menyesuaikan diri terhadap ruang dan waktu. Dalam konsep jawa, kita hidup perlu mencari keseimbangan. Itu bagian dari mengerti diri sendiri, sebelum kita mengerti siapa siswa.  Kita perlu mengerti batasan  dalam mengembangkan potensi yang kita miliki. Siswa juga manusia yang memiliki keterbatasan. Hakikatnya siswa sekolah dasar adalah anak kecil yang bisa berbuat salah atau keliru karena memang anak masih dalam tahap belajar. Sebagai guru kita diharapkan mengetahui dan memahami karakteristik siswa. Learning trajectory (lintasan belajar) sangat berguna bagi guru, khususnya dalam hal menjawab berbagai pembelajaran yang akan dicapai? bagaimana memulainya? Bagaimana langkah-langkah yang akan dilakukan? Bagaimana cara mencapai tujuan tersebut? dan seterusnya. Guru harus mau meningkatkan kemampuan dan pengetahuannya agar dapat memberi harapan bagi peningkatan kualitas pembelajaran. Guru harus melakukan perubahan tentang cara membelajarkan siswa melalui aktivitas yang sesuai dengan tingkat kemampuan berpikirnya.
Ada empat dimensi Learning trajectory, yaitu: Sprititual, Normatif, Formal dan Material. Aspek spiritual merupakan aspek tertinggi dari pembelajaran learning trajectory.
1.    Aspek spiritual
Aspek spiritual pada learning trajecory meliputi Ma`rifat, hakikat dan syariat. Aspek  syariat menuju pada  hakikat dan makrifat. Sebagai manusia dan guru kita diharapkan selalu menjaga hubungan dengan sesama manusia dan dengan sang pencipta, yaitu Allah SWT. Pengetahuan yang kita miliki, akan lebih bermanfaat jika kita bagi kepada orang lain. Sehingga sudah seharusnya sebagai guru, kita membagi ilmu yang kita miliki kepada siswa kita sendiri.
2.    Aspek Normatif
Filsafat merupakan dasar dari aspek normatif pada learning trajectory yang meliputi buku, makalah, hasil penelitian, jurnal, blog, web dan sumber referensi lainnya.  Dengan banyak membaca kita bisa memahami pola pikir kita sendiri. Karena pada prinsipnya aspek normatif adalah filsafat atau pikiran kita sendiri. Yang meliputi hakikat, metode,etik dan estetika. Dalam hakikat filsafat terdapat wadah dan isi. Tiada wadah tanpa isi, tiada isi tanpa wadah. Untuk mengetahui cara berpikir siswa, kita perlu mengetahui hak siswa dalam pembelajaran itu sendiri.  Kita selidiki bagaimana kedudukan siswa dalam pembelajaran. Dalam hakikat filsafat dalam lingkungan budaya indonesia, muncul filosofi ajaran ing ngaso sung tulodo, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Dan falsafah tersebut sampai sekarang menjadi pedoman dalam pembelajaran di sekolah. Dalam wadah, terdapat syntak, hierarki (jenjang) pendidikan itu sendiri. Didalam isi, terdapat kategori dapat kita sebut sebagai pengetahuan yang berasal dari teori dan paradigma. Agar kita mendapatkan pengetahuan tersebut kita harus membaca referensi yang ada. 
3.    Aspek formal
Aspek formal berupa dokumen resmi berupa peraturan dinegara kita yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang, Peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang, peraturan presiden, peraturan menteri, sampai pada kurikulum, silabus, RPP, LKS dan penilaian (Asessmen). Pada aspek formal ini mencakup perangkat pembelajaran berupa Kurikulum  dan penilaian yang harus kita kembangkan sesuai dengan kebutuhan siswa dengan menyesuaikan lingkungan di sekitar sekolah. Sesuai teori Paul Ernest, bahwa pembelajaran apa saja itu tergantung pada lokasi atau tempat berlangsungnya pendidikan itu sendiri. Dalam pembelajaran guru diharuskan memahami dan menguasai teori dan praktek pembelajaran, untuk kita perlu belajar dari berbagai referensi pembelajaran, salah satunya melalui melihat video pembelajaran. Dengan melihat video pembelajaran secara tidak langsung kita bisa mengambil manfaat dari media ataupun metode pembelajaran yang digunakan. Manfaat tersebut bisa kita terapkan pada pembelajaran yang akan kita laksanakan tentunya disesuaikan dengan kondisi sekolah dan siswa kita agar kita bisa membangun konsep awal siswa karena setiap siswa itu memiliki karakteristik yang berbeda. Sehingga kita perlu menguasai berbagai teori pembelajaran dengan  membaca referensi, lalu menghubungkannya satu sama lain, sehingga diperoleh bangunan hermeneutika trajectory.
4.    Aspek Material
Aspek material dalam bentuk sebagai konteks dan konten yang meliputi, fisik,  lingkungan atau budaya, sampai pada perangkat pembelajaran yang lain. Sebagai guru, kita bisa menggali sumber pembelajaran yang berasal dari lingkungan dan budaya setempat, pengalaman siswa, data-data yang ada serta fenomena yang sedang terjadi saat ini. Yang bisa kita jadikan sebuah penelitian untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dan memecahkan masalah yang muncul dari adanya fenomena dan pengalaman siswa sebagai peserta didik. Dengan belajar dari lingkungan, guru bisa membantu mengembangkan kreatifitas siswa. Siswa bisa membangun dan mengembangkan pengetahuannya sendiri dengan bantuan media pembelajaran.  Karena pada learning trajectory, siswa merupakan fokus pembelajaran itu sendiri. Sedangkan untuk guru, dinamakan teaching trajectory.  Teaching Trajectory, yaitu tentang bagaimana cara guru membelajarkan siswa dalam proses belajar mengajar.

Gambar 1. Hermeneutika Learning Trajectory
 (By Prof. Dr. Marsigit, M.A)

Keempat aspek diatas sebagai landasan untuk membangun dan mengembangkan  hermeneutika learning trajectory. Hermeneutika Learning trajectory bermula dari diri kita sendiri. Dalam setiap hermeneutika learning trajectory  memiliki titik-titik, yang bisa dibagi-bagi untuk  membangun hidup, meliputi rutinitas dalam hidup (fatal), sadar akan ruang dan waktu dan membangun hidup (vital).Sadar akan ruang dan waktu disini kita sebagai guru selalu mengikuti perkembangan jaman termasuk dalam hal pengetahuan perkembangan metode pembelajaran. Pada tiap titik dalam hermeneutika juga mengandung tiga unsur dan begitu seterusnya sehingga terbentuk Hermenutika Learning Trajectory.                   
Anak-anak di sekolah dasar, mengikuti suatu pola tingkatan alamiah ketika mereka belajar maupun dalam proses perkembangannya. Sebagai contoh, pada awalnya mereka belajar merangkak, berjalan, lalu berlari, dan melompat dengan kecepatan dan kecekatan yang terus meningkat seiring dengan perkembangan fisiknya. Begitupula ketika mereka belajar. Dalam belajar matematika misalnya, mereka juga mengikuti suatu pola tingkatan alamiah, yakni belajar kemampuan-kemampuan dan ide-ide matematika dengan cara mereka sendiri. Ketika para guru memahami pola tingkatan alamiah tersebut, serta aktivitas-aktivitas yang tersusun didalamnya, maka mereka telah membangun suatu lingkungan belajar matematika yang tepat dan efektif. Pola tingkatan alamiah tersebut merupakan dasar dalam membuat learning trajectories atau lintasan belajar. Learning Trajectory mempunyai tiga bagian penting yakni: tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, lintasan perkembangan yang akan dikembangkan oleh anak atau siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, dan seperangkat kegiatan pembelajaran ataupun tugas-tugas, yang sesuai dengan tingkatan berpikir yang ada pada lintasan perkembangan yang akan membantu anak tersebut dalam mengembangkan proses berpikirnya bahkan sampai pada proses berpikir tingkat tinggi.

Bagian pertama dari sebuah lintasan belajar adalah tujuan pembelajaran matematika. Tujuan pembelajaran seorang guru merupakan pengelompokan konsep-konsep dan kemampuan-kemampuan yang merupakan hal yang pokok dan saling berhubungan, konsisten dengan pemikiran siswa, serta berguna dalam pembelajaran berikutnya. Bagian kedua dari lintasan belajar terdiri dari tingkatan-tingkatan berpikir, mulai dari yang mudah sampai yang rumit, untuk membawa siswa agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Progres perkembangan yang dibuat oleh guru menggambarkan sebuah lintasan yang akan diikuti oleh anak atau siswa dalam mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka tentang suatu topik. Perkembangan kemampuan seseorang dimulai sejak mereka hidup di dunia. Sebagai contoh sebagaimana yang kita lihat, anak-anak mempunyai suatu kompetensi yang mirip dengan kompetensi matematika dalam hal bilangan, indera spasial, dan pola atau bentuk dari sejak lahir. Namun, ide dan interpretasi anak-anak tentang suatu situasi atau kondisi merupakan sesuatu yang unik dan berbeda dengan ide dan interpretasi yang dimiliki oleh orang dewasa. Oleh karena itu, seorang guru yang baik akan sangat berhati-hati dengan tidak mengasumsikan bahwa anak-anak “melihat” situasi, masalah ataupun penyelesaian dari masalah tersebut sebagaimana orang dewasa melihatnya. Melainkan, guru yang baik adalah guru yang mampu menginterpretasi apa yang sedang dilakukan dan dipikirkan oleh anak didiknya dan berusaha melihat permasalahan tersebut dari sudut pandang anak didik tersebut. Sama halnya ketika guru tersebut berinteraksi dengan siswa, dia juga mempertimbangkan tugas-tugas pembelajaran serta tindakan yang ia lakukan dari sudut pandang siswa. Hal ini membuat pembelajaran di sekolah dasar, menantang sekaligus memberi kebanggaan tersendiri.
Bagian ketiga dari lintasan belajar terdiri dari sekumpulan tugas-tugas pembelajaran yang bersesuaian dengan tingkat berpikir siswa yang ada dalam lintasan perkembangan yang telah dibuat. Tugas-tugas tersebut disusun untuk membantu siswa belajar tentang ide-ide dan kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu tingkatan berpikir. Oleh karena itu, sebagai seorang guru, kita dapat menggunakan tugas-tugas tersebut untuk mendorong perkembangan berpikir siswa dari satu level ke level berikutnya.
Sebagai kesimpulan, lintasan belajar menggambarkan tujuan pembelajaran, proses belajar dan berpikir anak pada berbagai macam level, dan aktivitas pembelajaran yang mungkin menarik bagi mereka. Peran guru adalah bagaimana memberi fasilitas, kesempatan ruang dan waktu kepada siswa, agar siswa bisa membangun. Maka akan tercipta hermeneutika learning trajectory. Learning Trajectory merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana siswa belajar serta bagaimana siswa berpikir yang diaplikasikan dalam Teaching Trajectory tentang bagaimana guru menyelenggarakan proses belajar mengajar. Dalam mengembangkan teaching trajectory dapat dilakukan dengan membentuk team teaching bisa berdua saja. Dimana dalam team teaching ini bisa saling mengobservasi atau melakukan Lesson Study untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan metode dan media yang digunakan.


1 komentar: