Senin, 06 April 2015

Komentar tentang video




Video yang ditayangkan oleh Bapak Marsigit mengenai proses pembelajaran matematika Sekolah Dasar kelas 2 di Jepang . Dalam video tersebut pembelajaran dilaksanakan dengan team teaching (2 orang guru dalam 1 kelas). Pada tayangan tersebut, seorang guru membuka kegiatan belajar dengan memberi petunjuk dan gambaran tentang materi apa yang akan dibahas dan kaitannya dengan materi yang pernah dibahas sebelumnya. Apersepsi yang dilakukan guru tersebut bisa membangun minat dan perhatian siswa pada materi yang akan dipelajari. Dilihat dari video siswa juga memberi perhatian yang baik pada guru yang menjelaskan di depan.
Di sini terlihat sekali bahwa guru berfungsi sebagai fasilitator. Siswa dapat secara bebas bertanya dan meminta bimbingan. Satu guru menjelaskan apa yang akan dikerjakan siswa secara umum, guru yang lain membimbing secara personal siswa-siswa kelas tersebut. Guru mencoba melaksanakan pembelajaran inovatif dengan metode Problem Based Learning (pembelajaran Berbasis Masalah). Ini terlihat dari guru yang mendorong siswa untuk bisa bekerja sama dengan cara membagi siswa-siswanya menjadi beberapa kelompok diskusi. Setelah dibentuk kelompok diskusi, guru membagikan LKS (permasalahan) yang digunakan sebagai bahan diskusi. Disini siswa diminta untuk bersama-sama menemukan pola atau hubungan matematika dan memecahkan suatu permasalahan (problem solving). Setelah selesai berdiskusi, salah satu perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Siswa-siswa yang lain menanggapi sedangkan guru meneliti dan mengamati jalannya pembelajaran. Dari situlah siswa akan menemukan konsep-konsep matematika dengan caranya sendiri. Sehingga siswa tidak hanya menerima konsep dari guru saja tetapi siswa juga dapat membangun konsep sendiri.
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan keberanian siswa dalam menyampaikan pendapat merupakan sesuatu yang harus diapresiasi oleh guru. Siswa dengan leluasa menyampaikan pendapatnya tanpa takut disalahkan. Ketika seorang siswa memiliki pendapat yang berbeda maka siswa tidak takut untuk menyampaikan pendapatnya kepada teman yang sedang presentasi di depan. Apabila siswa dalam menyampaikan jawaban atas persoalan kurang tepat, guru akan menambahkan dan meluruskan jawaban siswa tersebut. Sehingga siswa akan mendapatkan konsep lengkap yang merupakan hasil kolaborasi antara konsep yang didapat oleh siswa dan guru. Selain itu, dalam kegiatan pembelajaran guru selalu memberikan motivasi-motivasi kepada siswanya sehingga siswa merasa bersemangat dan tidak mudah menyerah dalam menyelesaikan suatu persoalan (matematika). Pada akhir pembelajaran, guru memberi semacam penjelasan akhir dari presentasi dan diskusi siswa-siswa tersebut. Apresiasi yang diberi guru juga memotivasi anak-anak untuk terus kreatif dan tidak takut menyampaikan pendapat.

2.    PERTANYAAN :
Apakah dengan menemukan pola-pola perkalian seperti pada video tersebut anak juga akan memahami konsep perkalian yang sebenarnya?

3.    KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PEMBELAJARAN YANG SELAMA INI SUDAH DILAKUKAN :
Pembelajaran matematika Sekolah Dasar di Jepang sangat berbeda dengan pembelajaran matematika yang selama ini saya lakukan, bisa dikatakan saya cenderung melaksanakan sistem pembelajaran tradisional. Siswa cenderung pasif dalam pembelajaran karena pembelajaran terpusat pada guru. Metode yang digunakan dalam pembelajaran umumnya menggunakan metode ceramah, walaupun tidak jarang saya juga membagi anak menjadi kelompok-kelompok kecil untuk melaksanakan diskusi ataupun beberapa kali mengajak anak bermain dalam membelajarkan matematika tapi hal tersebut tidak bisa dilakukan secara terus menerus. Hal ini dikarenakan beban target kurikulum yang harus diselesaikan tepat waktu sehingga membuat saya merasa metode ceramah dan latihan soal yang paling banyak saya lakukan untuk memenuhi target kurikulum. Sedangkan metode pembelajaran matematika SD di jepang seperti yang ada di video tersebut sangatlah menyita waktu pembelajaran dan membutuhkan team teaching yang jarang bisa kita laksanakan di SD kita dikarenakan kurangnya tenaga guru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar