Salah satu materi pembelajaran
Matematika di tingkat sekolah dasar kelas 2
semester 2 adalah geometri, pokok
bahasan bangun datar. Siswa kelas V sekolah dasar, umumnya berada pada rentang
usia 7-9 tahun. Menurut Piaget,
pada rentang usia tersebut siswa berada pada tahap berpikir operasional
konkrit. Tahap ini merupakan tahap yang menentukan perkembangan kognitif anak,
karena tahap ini menandai awal pemikiran logis atau operasional pada anak. Piaget
menjelaskan bahwa pada tahap ini anak cukup mampu menggunakan pemikiran logis
atau operasi, tetapi mereka hanya bisa menerapkan hal tersebut pada benda
konkrit. Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia (PMRI) adalah salah satu pembelajaran matematika
yang saat ini sedang dicoba untuk dikembangkan dalam pembelajaran matematika di
Indonesia. Pendekatan ini diadopsi dari Realistic Mathematics Education yang
dikembangkan di Belanda. Frans
Moerland (2003) memvisualisasikan proses matematisasi dalam pembelajaran
matematika realistik sebagai proses pembentukan gunung es (iceberg).
Visualisasi dari proses matematisasi ini digambarkan sebagai berikut. Menurut
Prof. Dr Marsigit, maka skema pembelajaran matematika yang digambarkan sebagai
gunung es ini, pada lapisan dasar adalah konkrit, kemudian di atasnya ada model
konkrit , di atasnya lagi ada model formal dan paling atas adalah matematika
formal. Tahapan
pengkostruksian pengetahuan dalam pembelajaran matematika adalah sebagai
berikut:
1.
Tahap Konkrit
Pada tahap ini, siswa dihadapkan dengan matematika
konkrit. Apakah matematika konkrit itu? Ternyata semua yang kita lihat, yang
ada dalam kehidupan sehari-hari siswa, itulah yang disebut matematika konkrit. Dalam tahapan ini, guru harus memastikan bahwa pengetahuan yang dibangun
siswa dalam tahap ini kokoh, baru melanjutkan ke tahapan selanjutnya. Pada apersepsi ini, guru memunculkan konteks benda yang mereka temui sehari-hari yang mencerminkan
bangun datar sesuai tema pada hari itu yaitu “Hidup Sehat”.
2.
Tahap Model Konkrit
Pada pembelajaran dengan
materi mengenal bangun datar ini siswa melakukan
investigasi dan eksplorasi melalui bahan yang disediakan. Siswa menggunakan
benda konkrit (kardus bekas sabun dan toblerone) sesuai dengan konteks yang
disediakan. Pembelajaran diawali dengan pemberian masalah dari konteks hidup sehat tadi.
3.
Tahap Model formal
Dari model konkrit, siswa dibawa ke tahap model
formal. Dari membongkar
bangun ruang ang berupa kardus tersebut siswa harus
menempelkan beberapa segitiga, segiempat
dan bangun datar ang mereka hasilkan dari potongan tersebut . setelah itu mereka mulai menghitung garis yang
membentuk bangun ruang tersebut. Dari aktivitas
kelompok ini, siswa akan dibimbing untuk menemukan nama-nama bangun datar.
4. Tahap Matematika formal
Dalam tahap ini, siswa sudah dihadapkan dengan
matematika formal, dalam bentuk simbol-simbol seperti matematika yang umumnya
diberikan di sekolah-sekolah. Pada pembelajaran ini karena anak sudah mengenal nama-nama bangun datar dan
jumlah garis yang menghubungkannya maka selanjutna siswa dikenalkan dengan jumlah sisi dan sudut pada bangun
datar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar